"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Catur Paramita


Agama Hindu inti ajarannya terdiri dari Tattwa/filsafat, Susila/ethika dan Upacara/ritual, yang dikenal dengan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Tattwa, Susila dan Upacara dalam prak-tek kehidupan sehari-hari umat hendaknya selalu dalam keseimbangan. Melaksanakan upacara guna memuja Tuhan beserta manifestasinya hendaknya dilengkapi dengan melaksanakan susila dan upacara. Demikian juga dalam mengamalkan ajaran susila guna mencapai kedamaian hidup ini hendaknya dilengkapi dengan memahami dan mempraktekkan ajaran tattwa dan upacara.

Maka dari itu umat Hindu hendaknya merasa berkewajiban untuk berbuat yang selalu dipedomani dengan susila, guna menegakkan peradaban hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang termulia, Kepribadian hidup manusia yang sejati akan tercermin dalam susila / ethika keseharian manusia yang bersangkutan. Bila manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu mencerminkan dan mengamalkan perbuatannya yang baik dan utama, itu berarti yang bersangkutan telah mengamalkan ajaran Catur Paramita, karena Catur Paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melaksanakan ajaran susila dalam agama Hindu.

Istilah Catur Paramita berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata “Catur” yang berarti empat dan “Paramita” berarti sifat dan sikap utama. Catur Paramita berarti empat macam sifat dan sikap utama yang patut dijadikan landasan bersusila. Catur Paramita adalah empat sifat yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Catur Paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melaksanakan ajaran suaila atau ethika dalam ajaran agama Hindu.

Adapun bagian-bagian Catur Paramita yang dimaksud adalah :
  1. Maitri: Kata Maitri dalam kamus Sanskerta Indonesia berarti kehendak baik, persahabatan dan hubungan karib, senang mencari kawan dan bergaul, yakni tahu menempatkan diri dalam masyarakat, ramah tamah, serta manarik hati segala prilakunya sehingga menyanangkan orang lain dan diri pribadinya. Bila dihayati lebih mendalam maitri itu dimaksudkan sebagai persahabatan dan persaudaraan berdasarkan kepada kehendak yang baik terhadap semua makhluk ciptaan Tuhan. Tanpa persahabatan manusia tak punya teman. Tanpa teman manusia tak dapat menempuh kehidupan dengan baik, sebaliknya manusia tak akan bisa hidup sendiri. Persahabatan itu perlu dilandasi rasa persaudaraan karena pada dasarnya kita semua sebagai makhluk hidup ini berasal dari yang satu yaitu Sang Hyang widhi Wasa. Persahabatan dan persaudaraan yang dilandasi dengan kesadaran dimaksud, akan dapat melahirkan keharmonisan dalam hidup ini.  
  2. Karuna: Kata Karuna dalam kamus Sanskerta artinya adalah sedih, muram, terharu. Dalam buku-buku Hindu diartikan belas kasihan, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua makhluk. Apabila pengertian Karuna itu diartikan secara mendalam berarti rasa sedih, muram dan terharu, erat kaitannya dengan apa yang diderita oleh seorang teman sebagai kesusahan. Sebagai teman, ikut merasakan penderitaan teman lalu berniat menolongnya. Karena perasaan hati yang tersentuh itulah kita mau menolongnya sebagai perwujudan Karuna.
  3. Mudita: Kata Mudita artinya selalu memperlihatkan wajah riang gembira, yakni penuh simpatik terhadap yang baik serta sopan santun, ikut merasa bahagia atas kebahagiaan orang lain. Mudita adalah rasa kemanusiaan yang lahir dari perasaan yang sama, sehingg merasa dekat, bersaudara, sehingga timbul rasa saling kasih mengasihi dan sayang menyayangi
  4. Upeksa: Kata Upeksa berarti tidak hirau, acuh tak acuh, keadaan bathin seseorang yang tak dapat dipengaruhi benda-benda lahiriah sehingga pikirannya dapat terpusatkan. Bila pengertian Upeksa dihayati secara mendalam, adalah merupakan bentuk bathin seseorang yang tidak pamrih. Tidak pamrih disini adalah tidak ingin mendapat balasan, pujian, penghormatan, apalagi yang berbentuk harta benda. Pengamalan Upeksa dalam kehidupan sehari-hari tampak sikap keseimbangan bathin yang dimiliki, tidak terpengaruh, juga tidak memihak dan mengganggu orang lain, senantiasa mengalah demi kebaikan, walalupun disinggung perasaannya oleh orang lain., ia tetap tenang dan selalu berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan.

Manfaat pelaksanaan Catur Paramita dalam kehidupan sehari-hari adalah:

- Manfaat pelaksanaan Maitri
  • Tercipta kehidpan yang dari persahabatan dan persaudaraan antar sesama makhluk hidup
  •  Terciptanya kehidupan saling tolong menolong dalam suka dan duka.
  •  Manusia dituntut untuk selalu berbuat baik terhadap semua makhluk ciptaan Tuhan
- Manfaat pelaksanaan Karuna
  • Menumbuhkan rasa belas kasihan atas penderitaan sesama manusia.
  • Memupuk rasa toleransi terhadap semua makhluk ciptaan Tuhan.
  •  Menuntun manusia untuk hidup saling menolong dalam suka dan duka
- Manfaat pelaksanaan Mudita
  • Menumbuhkan rasa ikut mensyukuri kebahagiaan orang lain. 
  • Menumbuhkan rasa ikut menikmati kebahagiaan maupun kedudukan orang lain.
  •  Menuntun manusia untuk hidup saling simpati dan toleransi dengan sesama.
- Manfaat pelaksanaan Upeksa  
  • Menumbuhkan rasa rasa bathin tidak terikat akan untung dan rugi, pujian dan cemohan. 
  • Menumbuhkan rasa tidak terikat, rasa pembalasan untuk penghormatan apalagi berbentuk harta benda.  
  • Menuntun manusia untuk tidak berbuat diluar Tri Kaya Parisudha.

Guna lebih mudah memahami ajaran Catur Paramita, dibawah ini disajikan beberapa bentuk larangan-larangan yang pantang dilaksanakan oleh umat manusia sebagai berikut :
  1. Untuk dapat berbuat M a i t r i, maka kita jangan melakukan atau berbuat bencana yang bersifat maut (Anta Kabhaya) atau jangan membenci. 
  2. Untuk dapat berbuat K a r u n a, maka pantang melakukan perbuatan yang menyebabkan terjadinya penderitaan, tersiksa, kesengsaraan atau jangan bengis.
  3. Untuk dapat berbuat M u d i t a, maka jangan melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain susah, atau jangan memiliki rasa iri hati kepada orang lain.
  4. Untuk dapat berbuat U p e k s a, maka pantang menghina orang lain, memandang rendah orang lain, menindas orang lain, atau selalu dapat berusaha mengendalikan dorongan hawa nafsu jahat.
Demikianlah ajaran Catur Paramita patut kita upayakan merealisasikan dalam hidup dan kehidupan ini. Dengan demikian diantara kita sesama makhluk ciptaan-Nya dapat hidup ber-dampingan, serasi, selaras, harmonis dan damai. Ajaran Catur Paramita sebagai implementasi dari ajaran Tat Twam Asi patut dijadikan pedoman untuk mewujudkan kehidupan yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer