"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Kamis, 06 April 2017

Sekedar Tulisan


Oleh: Komang Gora



Tak akan mungkin aku rubah teriknya mentari menjadi teduhnya sinar rembulan, apalagi aku gantikan samudera biru berbatu karang menjadi hamparan savana hijau keemasan. Ini bukan permainan sulap dengan untaian mantra-mantra, bukan pula perjanjian instan sebagai kompromi permintaan dari jin botol untuk manusia".





Aku harus akui, pernah aku mengeluh dan kecewa pada malam dingin yang basah selepas hujan. Aku juga pernah marah, mencaci sang mentari panas yang begitu sombong. Aku hanya manusia biasa yang berperilaku juga layaknya manusia biasa, aku bukan dewa. Ekspresiku atas dasar respon dari indra - indraku tanpa memungkirinya. Akan betapa munafiknya jika rasa marah aku luapkan dalam rasa senang dan kesabaran atau rasa benci di dalam aku perlihatkan rasa simpati di luar.

Sebagai manusia aku hanya ingin menjadi aku saja. Tanpa kebaikan pura-pura, tanpa keburukan pura-pura. Tidak menginginkan pengakuan atas belas-kasihan, apalagi pengakuan bersyaratkan atas kepentingan. Aku hanya ingin takdirku berjalan sesederhana daun kering yang jatuh ke bumi, seringan angin yang berhembus menembus kegelapan. Dimana dengan jelas ada kebebasan untuk menentukan dimana aku, kemana aku, untuk apa aku, tanpa mesti merubah diriku atas keinginan-keinginan yang bukan dari diriku.


Pernah aku perhatikan di sana, taman bunga bertemankan kupu-kupu, dimana juga ada lalat, semut bahkan ular berbisa yang bermain ditumpukan sampah-sampah di bawah bunga. Kehidupan satu sama lain yang sungguh jauh berbeda, tapi tetap berjalan apa adanya. Jika kupu-kupu terbang mencari bunga, lalat berterbangan mencari sampah. Keduanya memiliki peran berbeda dan dunia masing-masing tanpa melulu saling menyalahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer