"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Sekar Agung


Secara umum Kekawin paling sulit dinyanyikan. Sekar Agung atau Tembang Gede meliputi lagu-lagu berbahasa Kawi yang diikat oleh hukum guru lagu, pada umumnya dinyanyikan dalam kaitan upacara, baik upacara adat maupun agama. Jenis tembang Bali yang termasuk dalam kelompok Sekar Agung ini adalah Kakawin. Kakawin adalah puisi Bali klasik yang berdasarkan puisi dari bahasa Jawa Kuna. Dilihat dari segi penggunaan bahasanya, Kakawin banyak mengambil dasar dari puisi Sanskerta yang kemudian diterjemahkan dan disesuaikan, sehingga mempunyai kekhasan tersendiri. (http://www.babadbali.com)

Sekar Agung atau Kekawin merupakan syair jawa kuna yang digubah berdasarkan aturan metrum india. Sekar Agung diikat oleh aturan-aturan Guru & Lagu/Matra. 

Jumlah baris dari jumlah suku kata (Wretta) dalam setiap bait (pada). Guru adalah suku kata yang diucapkan/dilagukan panjang atau berat sedangkan yang disebut dengan Lagu adalah suku kata pendek/ringan. Guru disebut juga dengan suara Dirgha, lagu disebut juga hiswa.
 
Kedudukan Guru dan Lagu di dalam sekar agung dapat dianalogikan dengan kedudukan guru dengan murid/mahasiswa atau juga orang tua dengan anak-anaknya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kekawin Nitisastra bahwa "Tingkahning Sutha Manuteng Bapa gawenya" yang artinya perilaku anak akan mengikuti jejak orang tuanya, maka dapat dikatan bahwa tinggi rendahnya nada/lagu akan mengikuti tinggi rendahnya nada guru yang ada di depannya.
 
Di dalam teks kekawin yang ditulis dengan menggunakan aksara bali, suku kata guru dapat dikenali pada suku kata yang memakai:
  1. Tedong
    Tanda tedong merupakan simbol telinga/kuping maknanya adalah dengarkanlah nasehat guru/dosen.
  2. Ulu Sari
    Tanda ulu Sari merupakan simbol kepala pada manusia yang memiliki makna jungjunglah dan hormatilah.
  3. Suku Ilut
    Suku Ilut merupakan simbol kaki oada manusia yang memiliki makna agar anak termasuk anak didik sah sebagai milik orang tua.
  4. Taleng/Taling
    Taleng merupakan simbol tangan kanan yang memiliki makna orang tua memberi dan mempersilakan anaknya untuk melakukan yang terbaik.
  5. Bisah
    Tanda bisah merupakan simbol tangan kiri yang memiliki makna guru akan melarang anak didiknya untuk berbuat yang tidak baik.
  6. Surang
  7. Cecek
    Tanda cecek merupakan simbol rambut yang memiliki makna orang tua semestinya memberikan nafkah kepada anaknya.
  8. Adeg-Adeg
    Tanda adeg-adeg merupakan simbol pengikat maknanya guru atau orang tua wajib mengendalikan anak-anaknya agar tidak berbuat kebablasan/sembarangan.
  9. Tanda Guung, Nania dan Suku Kembung
    Adalah simbol pakaian yang memiliki makna guru wajib memberikan perlindungan terhadap anak didiknya.
    • Suku kata di depan Guung.
    • Suku kata di depan Nania.
    • Suku kata di depan Suku Kembung. 


  • Kekawin - Basanta Tilaka
kawit sarat samaya

kala nirar parangka

ntontang predesa rihawanira rakwa ramya

kweh luah mageng katemu

de nira tirtha dibya

udyana len talaga nirjara kapwa mahening
 
 
  • Kekawin - Indrawangsa


Mamwit narendrātmaja ring tapo wana,
Mānganjalȋ yyargra ning indra parwata,
Tan wismerti sangkanikāng ayun teka,
Swābhāwa sang sajna rakwa mangkana.
    artos:Mepamit ida dewa agung putra saking alas petapan,
Raris ngaturang sembah marep ka pucak gunung indrakila punika,
Nenten lali ida ring panangkan kerahayuanne rawuh,Swabawan ida sang sadhu wiyakti asapunika.
  • Kekawin - Mandamalon


Stuti nira tan tulus, sinauran paramarta siwa Anakku huwus katon, abimatanta temunta kabeh, Hana panganugrahanku, cadu sakti winimba sara, Pasupati sastra kastu, pangarannya nihan ulati



Arti dalam Bahasa Bali atau Teteges :

Pangastawan Ida Sang Arjuna durung mawasta puput, kacawis olih Ida Bhatara Siwa. “Cening pyanak bapa, suba sinah sarat idewa pangguhang idewa maka sami. Ne ada paican bapa Cadusakti marupa sanjata. Panah pasupati kalumrah wastannyane, ne tingalin”.


Artinya dalam bahasa Indonesia:
Puja-pujinya tidak melanjut, dijawab oleh Dewa Siwa. Wahai anakku, harapanmu telah tampak dan semua kau ketemukan. Ada anugrahku kepadamu berupa empat kekuatan berwujud panah. Namanya adalah Panah Pasupati, lihatlah!
  • Kekawin - Swandewi


Prihěn těměn dharma dhumāranang sarāt,

Sarāga sang sādhu sireka tūtana,

Tanartha tan kāma pidonya tan yaśa,

Ya śakti sang sajjana dharma raksaka.
 
Terjemahan bebas ke dalam bahasa Indonesia :
Upayakanlah kebenaran itu dalam mengayomi dunia, Orang saleh patut dijadikan teladan, Bukan harta, bukan nafsu, bukan pula jasa, Orang bijaksana menjadi kuat karena memegang kebenaran.

  • Kekawin - Totaka

Sasi wimba haneng gata, mesi banyu
Ndanasing suci nirmala, mesi wulan
Iwa mangkana, rakwa kiteng kadadin
Ringangambeki yoga, kiteng sekala
 
Arti Bahasa Bali:
“Sekadi lawat bulane sane wenten ring june, madaging toya”.
“Sakewanten wantah sane ening tanpa teleteh kewanten, madaging lawat bulan”.
“Sakadi punika paduka Batara ring saluiring panumadiane”. 
“Ring sang ngincepang tapa brata, paduka Batara pikanten nyekala”
  
Arti Bahasa Indonesia: 
“Seperti bayangan bulan yang terlihat pada jun ( tempat air ), yang berisi air”.
“Tetapi hanya pada air yang bersih tanpa kotoran saja bayangan bulan itu akan nampak”.
“Seperti itulah Tuhan dalam kehidupan ini”.
“Hanya pada manusia yang taat melaksanakan yoga Tuhan itu akan menunjukkan diriNya secara nyata.
Makna dari kekawin totaka ini jika dilihat dari arti syair tiap barisnya, diungkapkan bahwa manusi agar bisa menemukan atau melihat Tuhan dalam berbagai manefestasinya secara nyata merupakan sesuatu yang sangat sulit. Dalam kekawin ini Tuhan di ibaratkan seperti bulan, manusia seperti jun (tempat air) dan air merupakan segala sifat manusia. Bayangan bulan hanya bisa terlihat pada jun yang berisi air yang benar-benar bersih, jika jun berisi air kotor atau keruh, sedikit pun tidak akan terlihat bayangan bulan. Begitu juga dengan manusia, jika ingin melihat, menemukan, atau merasakan keberadaan Tuhan, manusia haruslah bersih atau suci secara lahir bathin tanpa adanya sifat keduniawian di dalam diri, untuk mencapai hal ini memang smembutuhkan prosen yang sangat panjang dan harus diimbangi dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Jika sudah memiliki niat yang baik, dan mau untuk berusaha kita pasti akan mencapai apa yang kita inginkan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer