"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Rabu, 05 April 2017

Sang Pemberontak

Oleh: Komang Gora

"Semakin keras pegas ditekan, semakin kuat ia menendang" begitu sepenggal kalimat yang pernah diucapkan oleh seorang penutur. Seperti gambaran untuk menegaskan jika penolakan hanya akan menciptakan pemberontakan. Kata pemberontak tentu bukan kata yang enak didengar oleh telinga, dan diasumsikan negatif bagi banyak orang. 

Sebagian lebih orang tidak begitu peka akan hal ini. Pemberontakan dalam bentuk penolakan-penolakan kerap muncul disuatu tempat yang tidak menyediakan cukup ruang kebebasan, sebagai ekspresi jiwa seseorang yang ingin keluar dari sebuah penjajahan. Bentuk penjajahan bukan hanya oleh negara kepada negara lain, juga berlaku dari satu kelompok orang atau seseorang kepada orang yang lain.

Egoisitas diri seseorang akan semakin memperparah ketidaksadaran diri untuk mengenali fenomena ini. Apalagi pada diri yang selalu nyaman bertindak semau-maunya sendiri tanpa mau bercermin, berkompromi dengan orang lain disekitarnya. Lebih-lebih melihat orang lain selalu lebih rendah dari diri sendiri. Keegoisan inilah seringkali memicu munculnya pemberontakan.

Bagi setiap orang tentu merasa pribadinya bukanlah pribadi yang egois dan tidak pantas untuk ditolak. Orang lain dianggap tidak memiliki alasan untuk menolak. Karena alat ukur dan subyek pengukurannya adalah dirinya sendiri, kenyamanannya sendiri. Diri yang selalu ingin diterima semua orang tanpa mau mengorbankan sedikit kenyamanan diri adalah salahsatu indikator jika egois masih subur di dalam diri. Seperti juga pribadi yang cenderung hanya suka didengarkan tanpa mau mendengarkan orang lain.

Jika pemberontakan dan penolakan-penolakan ini dilihat negatif, bagaimana mengklaim diri sudah berfikir positif. Bukankah hal ini hanya akan berputar bolak-balik saling bergantian untuk mengklaim diri?. Seseorang yang egois, suatu saat akan dilawan oleh keegoisan serupa oleh orang lain, dalam berbagai bentuk pemberontakan sebagai ungkapan penolakan dari seseorang ketika sikap egois itu telah dirasakan semakin menekan dan memuakkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer