"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Kamis, 06 April 2017

Makna Hari Raya dalam Tahapan Kehidupan

Oleh: Putu Geson

 Om Swastyastu,
 
Om ano badrah kratawo yantu wiswatah
  (semoga fikiran yg baik datang dari segala penjuru)
 
Pada jenjang kehidupan disebutkan ada empat yang disebut catur warga yakni Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta dan Bhiksuka, Jika dikaitkan dengan hari raya hindu yaitu: 
  1. Brahmacari = saraswati 
  2. Grahasta = tumpek landep pagerwesi, 
  3. Wanaprasta = Siwaratri, Galungan 
  4. Bhiksuka = Kuningan
Perayaan hari raya galungan merupakan hari raya suci bagi umat hindu. Untuk dapat terlaksananya Galungan yang sesungguhnya adalah perjalanan yang cukup panjang.

Jika kita mengawali dari wuku, adalah dari wuku watugunung sebagai perayaan hari raya saraswati yaitu turunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini kita pergunakan dalam kehidupan sehari – hari, juga ilmu pengetahuan itu dipergunakan untuk membentengi diri. Untuk memagari diri (awidya, krodha, Lobha, Moha) kalau dalam perayaan hari raya yaitu pagerwesi.

Dan ilmu pengetahuan yang kita miliki perlu dipertajam/diasah di hari saniscara kliwon wuku landep namanya tumpek landep. Selanjutnya kita melaksanakan keharmonisan antara bhuana alit dan bhuana agung melalui yoga tapa brata samadhi bagi kita sebagai umat hindu hari dimana puncak dari rasa yang menggebu – gebu (kebodohan dan kepintaran labil) itu jatuhnya pada tilem sasih kesanga, maka dihari ini kita mengharmoniskannya dengan upacara (mecaru) dan esoknya melaksanakan perayaan catur brata penyepian yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan (heningkan pikiran dengan tanpa ada rasa, warna, bau) melalui medhitasi.

Perayaan Siwa Ratri sebagai malamnya dewa siwa yang diceritakan dalam kisah lubdaka memetik daun bila sejumlah 108. Dimana maknanya adalah bahwa kebodohan sebagai kegelapan pikiraan tidak dapat diburu meskipun dengan senjata apapun, tetapi dapat disirnahkan melalui yadnya dan bakti yang tulus ikhlas.


Artinya bahwa apapun yang ada pada diri manusia itu dipersembahkan kepada yang maha kuasa. Mengutip dari pernyataan Gede Prama bahwa Orang Bali pada saat senang lari kepersembahan, pada saat menderita pun lari pada persembahan. Itu artinya pikiran, perkataan, dan perbuatan yang kita lakukan dipersembahkan secara utuh kehadapan Ida Sanghyang Widhi/Hyang Maha Kuasa.

Galungan sebagai hari kemenangan, merupakan puncak dari rangkaian proses perayaan – perayaan tersebut, yang memiliki makna sebuah perjuangan panjang kita sebagai manusia dalam usaha menegakan dharma di dalam hati dan pikiran. Mengapa demikian? dasarnya adalah, bertemunya pancawara dan sapta wara yaitu Budha dan siwa (kliwon) yang maksudnya adalah bersatunya kesucian jasmani dan rohani maka munculah kecemerlangan pikiran.


Kecemerlangan pikiran artinya widya atau ilmu pengetahuan (dharma), itulah yang disebut menang/ dungulan/ galungan. Setelah menang tentu akan uning/ kuningan kecemerlangan pikiran bersifat luhur/ keluhuran maka manusia yang berbudhi luhur. Maka pada sebuah persembahyangan diakhiri dengan menggunakan mantram yaitu "Om ksama sampurna ya namah swaha".

Om Santi, Santi, Santi, Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer