“Lautan kerumitan”, itulah judul yang layak diberikan kepada para
sahabat yang hidupnya terjun ke jurang berbahaya. Tidak puas sama
pasangan hidup adalah sebuah kerumitan, selingkuh adalah kerumitan lain
yang ditambahkan di sana. Orang tua wafat di usia muda adalah sebuah
kerumitan, mencurigai orang mengirim black magic adalah memperpanjang
daftar kerumitan yang sudah panjang. Merasa kurang secara ekonomi tentu
saja sebentuk kerumitan, korupsi dan masuk penjara adalah kerumitan baru
yang lebih berbahaya.
Seperti benang basah yang kusut,
ia tidak bisa diurai. Serupa orang yang jatuh ke rawa-rawa berbahaya,
semakin ia bergerak semakin ia tenggelam. Keadaannya mirip dengan sebuah
pohon yang dipenuhi daun kering, inilah saat yang tepat untuk menoleh
ke akar. Persisnya, di saat-saat seperti inilah seseorang disarankan
kembali ke sumber.
Di jalan meditasi, sering terdengar pendapat
seperti ini: “Anda tidak dikacaukan oleh orang lain, Anda dikacaukan
oleh pikiran Anda yang tidak terlatih”. Membandingkan secara berlebihan,
tidak pernah puas, di sini resah di sana gelisah, di rumah bermasalah
di kantor marah-marah, itulah sebagian contoh manusia yang dikacaukan
oleh pikirannya sendiri.
Serupa kolam yang keruh sehingga
semuanya gelap tidak kelihatan apa-apa, tidak ada jalan lain selain
segera berhenti mengaduk-aduk kolam. Kapan saja kolamnya hening dan
bening, di sana terlihat secara terang benderang apa-apa yang sebaiknya
dilakukan dalam kehidupan.
Membuat pikiran agar hening dan
bening, itulah tugas penting meditasi. Anda yang diombang-ambingkan oleh
lingkungan, belajar menjauh dan berjarak dengan lingkungan. Anda yang
dibuat kacau oleh keinginan berlebihan, belajar menyederhanakan
keinginan. Anda yang dibuat nyaris gila oleh keinginan terlalu kuat
untuk selalu disebut lebih dibandingkan orang lain, inilah saatnya untuk
belajar hati-hati dan rendah hati.
Dan akar dari segala akar,
sumber dari segala sumber, kehidupan selalu mengalir. Serupa malam yang
mengalir menuju siang, duka cita di sebuah waktu mengalir menjadi suka
cita di waktu lain. Musibah di hari tertentu mengalir menjadi berkah di
waktu lain. Cacian di saat tertentu bisa menjadi pujian di saat yang
lain. Suka tidak suka, demikianlah hukumnya. Ada yang menyebut ini
sebagai God as a law (Tuhan sebagai sebuah hukum).
Memaksa agar
sukacita bertahan selama-lamanya, itulah akar banyak kerumitan. Melekat
agar kesuksesan terus menerus datang, itulah sungai yang membawa
seseorang mengalir menuju lautan kerumitan. Sebaliknya, mengerti
dalam-dalam sifat semuanya yang mengalir, dan pada saat yang sama
mengalir sempurna dengan setiap kekinian, itulah benih-benih kesembuhan
sekaligus kedamaian.
Dalam filosofi zen ada ungkapan tua yang
berbunyi seperti ini: “meditasi adalah makan di saat lapar, minum
tatkala haus, tidur manakala mengantuk”. Sederhananya, setiap gerak
kehidupan bisa menjadi meditasi mendalam. Sejauh seseorang melakukannya
dengan sepenuhnya mengalir.
Manakala perut lapar, mengalirlah
dengan panggilan makan. Di saat kerongkongan haus, mengalirlah bersama
kegiatan minum. Tatkala mata mengantuk, mengalirlah bersama panggilan
kehidupan bernama tidur. Dan para sahabat yang meditasinya mendalam
mengerti, ia yang menyatu dengan saat ini sesungguhnya sedang melakukan
persiapan terbaik menuju masa depan.
Dengan cara hidup seperti
ini, pikiran akan mudah mencapai keadaan yang hening dan bening.
Sekaligus inilah cara indah untuk menjauh dari lautan kerumitan. Di
tingkatan pikiran yang hening dan bening seperti ini, sering terdengar
pesan seperti ini: “seperti sepasang sayap burung, keheningan yang
berpasangan dengan belas kasih (compassion), itulah sumber segala
sumber”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar