"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Jumat, 02 Juni 2017

Jejak-jejak Makna VII

Di Prancis Selatan dan Spanyol Utara para arkeolog menemukan gua-gua tua yang berumur puluhan ribu tahun. Di sana terpampang ukiran-ukiran tua tentang pahlawan-pahlawan pemberani lengkap dengan binatang buas hasil buruan mereka. Lewat peninggalan ini terlihat jelas, sudah puluhan ribu tahun manusia mengidentikkan tokoh (pahlawan) sebagai orang yang bertumbuh di tengah kekerasan. Belakangan ini diperparah oleh sejarah agama-agama yang penuh kekerasan, negara-negara berkuasa yang mendapat untung besar melalui penjualan senjata. Ujungnya, sejarah bertumbuh dari satu kekerasan menuju kekerasan yang lain.
 
Sahabat-sahabat yang mata spiritualnya terbuka mengerti, keputusan presiden AS Donald Trump melarang masuk 7 warga negara yang mayoritas beragama tertentu, merubah secara sangat drastis perimbangan energi di muka bumi. Kekerasan yang diharapkan dan didoakan oleh banyak pihak agar menurun, ternyata malah tambah menyentuh hati. Di tengah putaran waktu seperti ini, dunia memerlukan kembali Cahaya yang pernah memancar melalui Mahatma Gandhi. Di banyak kesempatan, pria kurus yang tidak punya rambut ini sering berpesan: “non-violence should never be used as a shield for cowardice. It is a weapon for the brave”. Tanpa kekerasan bukanlah perisainya jiwa penakut, tapi senjatanya para pemberani. Sebuah cara pandang yang sangat melawan arus. Tapi terbukti bisa mengusir tentara terkuat di dunia di tahun 1940an.

Banyak generasi baru yang bertanya penuh keraguan, apakah tanpa kekerasan cocok diterapkan di zaman ini? Tergantung roh dan spirit yang disimpan seseorang di balik tindakan tanpa kekerasan. Jika roh dan spiritnya adalah uang dan kekuasaan, sebaiknya ide tanpa kekerasan dilupakan saja. Tapi jika roh dan spiritnya adalah belas kasih (compassion) untuk mengurangi beban penderitaan dunia yang sangat menyentuh hati, jangan pernah ragu dengan ide tanpa kekerasan. Perhatikan salah satu warisan jiwa bercahaya ini: “The rishis who discovered the law of non-violence in the midst of violence were greater geniuses than Newton. They were themselves greater warrior than Wellington”.

Jiwa-jiwa suci yang menemukan tanpa kekerasan di tengah zaman yang penuh kekerasan, mereka imuwan yang lebih agung dibandingkan ilmuwan mana pun, mereka pahlawan lebih agung dibandingkan pahlawan mana pun. Kesimpulannya, ikan tidak berubah menjadi ikan asin saat bertumbuh di laut yang asin. Anda juga tidak perlu berubah menjadi manusia yang tertarik dengan kekerasan, kendati tumbuh di zaman yang penuh dengan kekerasan.

Penulis: Gede Prama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer