Dalam percakapan pribadi dengan penulis buku History of God Karen
Armstrong, seorang sahabat bertanya tentang latar belakang penulisan
buku legendaris ini. Dengan lugas wanita Inggris ini menjawab: “konsep
Tuhan dan agama sudah menjadi sumber banyak kekerasan selama ribuan
tahun”. Sebuah jawaban jujur dari seorang yang menekuni perjalanan
agama-agama selama ribuan tahun. Dan melihat apa yang terjadi di muka
bumi beberapa tahun terakhir, layak direnungkan lagi dan lagi konsep
Tuhan dan agama yang melahirkan banyak kekerasan. Sebagaimana telah
dicatat sejarah, semua agama berumur sangat tua. Dalam perjalanan tua
ini, tidak saja pesannya diterjemahkan dengan bahasa yang berbeda-beda,
tapi juga ditafsirkan oleh kekuasaan yang berbeda-beda.
Dalam konteks inilah, kehadiran seorang J. Krishnamurti sangat
diperlukan. Dalam mahakaryanya yang berjudul “Freedom From The Known”,
terang-terangan salah satu jiwa bercahaya di zaman ini berpesan:
“kebebasan kedamaian tidak bisa ditemukan dengan mengikuti sekte atau
agama tertentu. Tapi dengan cara membebaskan diri dari segala bentuk
pengkondisian”. Dalam psikologi, pengkondisian yang sering membuat
manusia sakit adalah luka jiwa dari masa kecil. Dalam spiritualitas,
pengkondisian yang sangat memenjara adalah dogma-dogma. Tatkala orang
Amerika merayakan sekian tahun diruntuhkannya gedung kembar WTC di New
York oleh serangan teroris, ada yang mau membakar buku suci agama
tertentu. Dan itu juga sebuah dogma yang tidak saja memenjara, tapi juga
akan memperpanjang daftar panjang kekerasan yang sudah panjang.
Sebagaimana api tidak bisa dipadamkan dengan api, kekerasan tidak
bisa diselesaikan dengan kekerasan, dogma juga tidak bisa ditenangkan
dengan menggunakan dogma yang lain. Api yang panas hanya bisa dipadamkan
oleh air yang lembut. Kekerasan yang ganas hanya mungkin ditentramkan
oleh kelembutan kesabaran. Dogma yang keras mungkin dinetralkan dengan
kelembutan cinta kasih. Untuk itu, apa yang dibutuhkan dunia tidak lagi
senjata yang baru. Namun hati yang baru. Sejenis hati yang bebas dari
segala pengkondisian yang datang dari masa lalu. Krisnamurti memberi
umat manusia kendaraan menuju ke sana. Kendaraannya bernama choiceless
awareness.
Kesadaran yang tidak memilih. Dengan kesadaran jenis ini,
pelan perlahan pikiran jadi bersih, perasaan jadi jernih. Manusia
belajar tidak lagi menjadi second hand human being (baca: melihat dunia
dengan mata orang lain). Untuk kemudian, melihat hari ini secara segar.
Tanpa dikotori oleh segala dogma yang datang dari masa lalu.
Kesimpulannya sederhana, belajar agama itu baik. Menyembah Tuhan juga
baik. Tapi jangan pernah menggunakan agama dan Tuhan sebagai alasan
untuk menjadi budak kekerasan dan kemarahan. Dalam bahasa Krisnamuriti,
agama ada untuk membebaskan umat manusia (to set people unconditionally
free).
Penulis: Guruji Gede Prama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar