Setiap kali memasuki wilayah-wilayah pedalaman terasa sekali hadirnya
senyuman-senyuman manusia yang berbeda. Ada cahaya di sana, ada bunga
di sana, ada doa di sana. Dan yang membedakan senyuman mereka dengan
senyuman orang-orang kota khususnya adalah spirit ketulusan yang ada di
balik senyuman mereka. Serangkaian permata spiritual yang menjelang
punah dari muka bumi.
Sejujurnya,
senyuman lebih dari sekadar bibir yang melengkung. Senyuman adalah
tanda banyak sekali hal. Senyuman adalah jembatan persahabatan yang
menghubungkan kita dengan orang lain. Senyuman adalah dekapan indah yang
kita berikan pada jiwa yang bersemayam di dalam. Senyuman adalah tanda
kalau seseorang sudah tidak lagi menjadi korban dalam kehidupan,
sebaliknya sudah menjadi tuan.
Oleh karena itu, sesulit apa pun
kehidupan selalu belajar untuk tersenyum. Setidak-tidaknya tersenyum
pada semua gerakan energi di dalam. Itu sebabnya, di jalan meditasi
mendalam praktik kesadadan penuh sebagai kendaraan meditasi terpenting
sering disebut sebagai lentera yang tersenyum.
Energi pikiran
bergerak dengan salah-benarnya, pancarkan lentera kesadaran yang
tersenyum. Energi perasaan bergerak bersama sedih-senangnya, pancarkan
lentera kesadaran yang tersenyum. Energi tubuh bergerak dengan
sakit-sehatnya, pancarkan lentera kesadadan yang tersenyum.
Itu
sebabnya semua patung Buddha ditandai oleh bibir yang tersenyum tipis.
Semacam senyuman yang tidak bersyarat. Apa saja dan siapa saja didekap
dengan senyuman yang sama. Melalui pendekatan seperti ini, setiap nafas
menjadi air yang menyirami benih-benih kedamaian yang ada di dalam.
Siapa
saja yang tekun dan tulus berlatih seperti ini, pelan perlahan taman
jiwa di dalam dirinya akan mekar indah menawan. Dan diantara semua bunga
yang mekar di taman jiwa, pelayanan yang penuh ketulusan adalah yang
paling indah.
Melayani pelanggan, merawat anak-anak, mencintai
kerja, menyirami taman keluarga dengan air kasih sayang adalah sebagian
pilihan yang tersedia. Sebagian sahabat yang bertumbuh di dunia
korporasi sering dibagikan pesan seperti ini: “pelayanan yang penuh
senyuman adalah wilayah di mana dunia usaha dan dunia spiritual
berpelukan secara sangat indah”.
Mistikus mengagumkan bernama
Rabin Dranath Tagore pernah menulis pesan indah seperti ini: “Tatkala
saya tidur, saya bermimpi bahwa kehidupan adalah suka cita. Tatkala saya
bangun, saya lihat bahwa kehidupan adalah pelayanan. Kemudian saya
putuskan bahwa pelayanan adalah suka cita”.
Inilah ciri jiwa yang
bercahaya, menemukan suka cita dalam pelayanan. Bukan sembarang suka
cita, melainkan suka cita sebagai bunga indah yang mekar di taman jiwa.
Suka cita yang hadir di sini untuk berbagi cahaya. Suka cita sebagai
senyuman kosmik yang menyentuh tidak terhitung jumlah jiwa.
Bagi
jiwa-jiwa yang tersenyum seperti ini, di kedalaman hatinya sering
mendengar pesan seperti ini: “sering terjadi bibir hanya tersenyum
beberapa detik, namun kehangatannya terasa lama sekali di hati
orang-orang, bunganya mekar lama sekali di hati orang-orang”.
- Sumber: www.belkedamaian.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar