"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Jumat, 02 Juni 2017

Jejak-jejak Makna IV

Di zaman keemasan dulu, segelintir jiwa suci bisa bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Namun di zaman gelap ini, kalau ada yang mengaku bisa bercakap-cakap dengan Tuhan, siap-siaplah dicurigai memiliki kelainan mental. Itu sebabnya, mudah dimengerti kalau ada filsuf yang menulis: “kebenaran mirip kaca cermin yang sudah pecah. Tugas terpenting manusia adalah merangkai kembali pecahan-pecahan kaca itu”.

Dalam konteks ini, doktor fisika lulusan Universitas Vienna bernama Fritjof Capra layak diberikan apresiasi. Terutama karena beliau menghabiskan banyak waktu untuk merangkai kembali “pecahan-pecahan kaca” tadi. Dalam mahakaryanya yang berjudul The Tao of Physics, peneliti berpengalaman yang sudah meneliti energi tingkat tinggi di banyak Universitas baik di Eropa maupun Amerika ini, melakukan paralel antara fisika modern dengan mistik Timur.
 
Yang paling menyentuh hati, di bab pertama buku best-seller ini, Dr. Capra memberi judul bab terawal bukunya seperti ini: “Modern physics – A Path with a Heart”. Fisika tidak saja memperkaya kepala, tapi juga memperkaya hati. Fisika tidak saja membimbing manusia menuju kebenaran, tapi juga membimbing jiwa menuju keindahan. Fisika bisa membuat kehidupan berbahaya, bisa juga membuat jiwa bercahaya. Itu sebabnya, di bagian tertentu buku sangat indah ini, ahli fisika ini berpesan, fisika bisa membawa manusia ke salah satu arah dari 2 B: “bom atau Buddha”. Kalau manusia belajar fisika hanya menggunakan kepala, lebih-lebih kepala yang picik dan licik, maka fisika akan melahirkan bom yang membunuh. Manakala manusia belajar fisika menggunakan hati yang indah, fisika membimbing manusia berjumpa Buddha yang sangat bercahaya (baca: pencerahan).

Bukan jiwa bercahaya namanya kalau seseorang meninggikan pendapat dirinya dan merendahkan argumen orang lain. Kendati Dr. Capra sangat berjarak dengan fisika Newton yang mekanistik, sekaligus jatuh cinta dengan filosofi Timur yang holistik, di ujung buku ini beliau tidak membuang fisika mekanistik. Yang disarankan adalah “dynamic interplay” diantara keduanya. Bukan memilh antara mekanistik atau holistik, tapi bergerak dinamis diantara keduanya. Ini cocok dengan pendekatan meditasi yang menekankan choiceless awareness. Seseorang hanya menyaksikan setiap gerakan energi di dalam. Tanpa memilih. Kalau pun suatu waktu harus memilih keputusan, seseorang akan memilihnya secara jernih dan bersih. 

Warisan spiritual yang tersisa dari sini, latih diri untuk tidak kaku dengan konsep kebenaran. Jika arahnya adalah bom yang membunuh, jangankan diperintah oleh kebenaran, jika merasa diperintah oleh Tuhan pun jangan dilakukan. Ingat pesan Dr. Capra di awal: Modern physics – A path with a Heart. Fisika tidak diniatkan untuk membuat bom yang membunuh. Fisika diniatkan agar jiwa-jiwa banyak berjumpa Buddha (pencerahan). Ringkasnya, fisika khususnya dan iptek umumnya, tidak diniatkan untuk membuat perjalanan jiwa berbahaya. Tapi diniatkan agar perjalanan jiwa bercahaya.
Penulis: Gede Prama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer