Di zaman keemasan dulu, segelintir jiwa suci bisa bercakap-cakap
langsung dengan Tuhan. Namun di zaman gelap ini, kalau ada yang mengaku
bisa bercakap-cakap dengan Tuhan, siap-siaplah dicurigai memiliki
kelainan mental. Itu sebabnya, mudah dimengerti kalau ada filsuf yang
menulis: “kebenaran mirip kaca cermin yang sudah pecah. Tugas terpenting
manusia adalah merangkai kembali pecahan-pecahan kaca itu”.
Dalam
konteks ini, doktor fisika lulusan Universitas Vienna bernama Fritjof
Capra layak diberikan apresiasi. Terutama karena beliau menghabiskan
banyak waktu untuk merangkai kembali “pecahan-pecahan kaca” tadi. Dalam
mahakaryanya yang berjudul The Tao of Physics, peneliti berpengalaman
yang sudah meneliti energi tingkat tinggi di banyak Universitas baik di
Eropa maupun Amerika ini, melakukan paralel antara fisika modern dengan
mistik Timur.
Yang paling menyentuh hati, di bab pertama buku best-seller ini, Dr.
Capra memberi judul bab terawal bukunya seperti ini: “Modern physics – A
Path with a Heart”. Fisika tidak saja memperkaya kepala, tapi juga
memperkaya hati. Fisika tidak saja membimbing manusia menuju kebenaran,
tapi juga membimbing jiwa menuju keindahan. Fisika bisa membuat
kehidupan berbahaya, bisa juga membuat jiwa bercahaya. Itu sebabnya, di
bagian tertentu buku sangat indah ini, ahli fisika ini berpesan, fisika
bisa membawa manusia ke salah satu arah dari 2 B: “bom atau Buddha”.
Kalau manusia belajar fisika hanya menggunakan kepala, lebih-lebih
kepala yang picik dan licik, maka fisika akan melahirkan bom yang
membunuh. Manakala manusia belajar fisika menggunakan hati yang indah,
fisika membimbing manusia berjumpa Buddha yang sangat bercahaya (baca:
pencerahan).
Bukan jiwa bercahaya namanya kalau seseorang meninggikan pendapat
dirinya dan merendahkan argumen orang lain. Kendati Dr. Capra sangat
berjarak dengan fisika Newton yang mekanistik, sekaligus jatuh cinta
dengan filosofi Timur yang holistik, di ujung buku ini beliau tidak
membuang fisika mekanistik. Yang disarankan adalah “dynamic interplay”
diantara keduanya. Bukan memilh antara mekanistik atau holistik, tapi
bergerak dinamis diantara keduanya. Ini cocok dengan pendekatan meditasi
yang menekankan choiceless awareness. Seseorang hanya menyaksikan
setiap gerakan energi di dalam. Tanpa memilih. Kalau pun suatu waktu
harus memilih keputusan, seseorang akan memilihnya secara jernih dan
bersih.
Warisan spiritual yang tersisa dari sini, latih diri untuk tidak
kaku dengan konsep kebenaran. Jika arahnya adalah bom yang membunuh,
jangankan diperintah oleh kebenaran, jika merasa diperintah oleh Tuhan
pun jangan dilakukan. Ingat pesan Dr. Capra di awal: Modern physics – A
path with a Heart. Fisika tidak diniatkan untuk membuat bom yang
membunuh. Fisika diniatkan agar jiwa-jiwa banyak berjumpa Buddha
(pencerahan). Ringkasnya, fisika khususnya dan iptek umumnya, tidak
diniatkan untuk membuat perjalanan jiwa berbahaya. Tapi diniatkan agar
perjalanan jiwa bercahaya.
Penulis: Gede Prama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar