Berbeda dengan Sekar
Rare (lagu anak-anak maupun lagu rakyat), kelompok Sekar
Alit, yang biasa disebut tembang macapat, gaguritan
atau pupuh, terikat oleh hukum Padalingsa
yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong.
Guru wilang adalah ketentuan yang mengikat jumlah baris
pada setiap satu macam pupuh (lagu) serta banyaknya bilangan
suku kata pada setiap barisnya. Bila terjadi pelanggaran
atas guru wilang ini maka kesalahan ini disebut elung.
Selanjutnya guru dingdong adalah uger-uger yang mengatur
jatuhnya huruf vokal pada tiap-tiap akhir suku kata. Pelanggaran
atas guru ding-dong ini disebut ngandang.
Tentang
istilah macapat yang dipakai untuk menyebut jenis tembang
ini adalah sebuah istilah dari bahasa Jawa. Kelompok tembang
ini disebut tembang macapat karena pada umumnya dibaca dengan
sistem membaca empat-empat suku kata (ketukan). (Sumber www.babadbali.com)
- Pupuh - Ginada
depang anake ngadanin
geginane buka nyampat
anak sai tumbuh luhu
ilang luhu ebuk katah
yadin ririh
enu liu peplajahanPupuh - Ginanti
Saking tuhu manah guru
mituturin cening janiTambete ngawinang lacur
bulak-balik manumadi
bingkih melaibin duka
dekah nguber sukan hati
ngalih idup mati bakat
ngalih bajang tua panggih
Pupuh - Mas kumambang
Anak Jegeg
Matimpal ye bagus genjing
Solah anut pisan
rarase nganyudang ati
Kadi ratih lan semara
Matimpal ye bagus genjing
Solah anut pisan
rarase nganyudang ati
Kadi ratih lan semara
Pupuh - Pucung
Bibi anu
lamun payu luas manjus
lamun payu luas manjus
yatnain ngabe masui
bawang anggen pasikepan
Pupuh - Sinom
Dabdabang dewa dabdabang
mumpung dewa kari alit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar