"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Jumat, 02 Juni 2017

Jejak-jejak Makna VI

Apa yang sesungguhnya berada di balik perilaku manusia anarkis?, itu pertanyaan banyak manusia sejak dulu. Ada yang mengkaitkannya dengan agama, ada yang mengkaitkannya dengan trauma, ada yang mengkaitkannya dengan jiwa yang miskin cahaya. Dan Anda pun boleh menambahkannya dengan daftar yang lain. Tapi setelah berjumpa ribuan sahabat yang sakit begini sakit begitu, ribuan remaja yang berpotensi untuk berbuat anarkis, di sana ada kilatan cahaya pengertian yang muncul, ternyata perasaan tidak pernah cukup menjadi kekuatan yang menentukan di balik perilaku manusia yang anarkis. Perasaan tidak cukup inilah yang membuat remaja mencari pacar, orang dewasa mencari pasangan hidup, bahkan orang dewasa yang sudah punya pasangan hidup pun ada yang selingkuh. Jangankan orang miskin, bahkan manusia sudah sangat kaya pun masih merasa jauh dari cukup.
 
Lingkungan seperti ini diperparah lagi oleh godaan iklan setiap hari. Semua iklan menggoda dengan pesan seperti ini: “Anda bisa hidup jauh lebih bahagia kalau membeli barang-jasa kami yang terbaru”. Di Barat di mana konsumerisme sudah bertumbuh jauh lebih dahulu ditemukan penemuan yang sangat menyentuh hati: “jika di negara-negara berkembang manusia tidak bisa makan karena tidak punya uang, di negara-negara maju ditemukan sejumlah manusia yang juga tidak bisa makan – jumlahnya juga terus menerus bertumbuh dari tahun ke tahun, tentu bukan karena tidak punya uang. Tapi karena hidupnya penuh ketakutan”. Di titik inilah diperlukan kehadiran pahlawan spiritual seperti Laurie Ashner dan Mitch Meyerson, yang menulis buku indah “When Is Enough, Enough?”. Kapan cukup itu terasa cukup?. Sebuah pertanyaan besar yang sangat sulit untuk dijawab.

Sebagai bahan awal untuk bertindak, cermati salah satu temuan Ashner dan Meyerson: “ketika kita menekan perasaan yang menyakitkan, kita juga kehilangan perasaan yang membahagiakan”. Teman-teman yang belajar psikologi mengerti, tumpukan perasaan-perasaan yang ditekan sejak saat kecil itulah yang mengikuti manusia seperti bayangan yang mengikuti tubuh ke mana pun ia pergi. Salah satu wajah sang bayangan yang muncul di usia dewasa atau usia tua adalah perasaan tidak pernah cukup. Terinspirasi dari sini, latih diri untuk sesedikit mungkin menekan sejak awal. Temukan sarana mengekspresikan diri secara sehat dan selamat. Entah menulis entah melukis.

Kemudian, sembuhkan jiwa dengan banyak menolong serta sesedikit mungkin menyakiti. Mengutip salah satu bagian buku Ashner dan Meyerson: “empati sejati adalah karunia yang hanya diterima oleh segelintir orang”. Dengan kata lain, tatkala Anda berempati dengan penderitaan orang lain, Anda tidak saja sedang menyembuhkan diri, tapi juga sedang membuat jiwa Anda penuh dengan karunia.

Penulis: Gede Prama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer