Seperti menemukan keseimbangan menaiki sepeda, tidak semua pencapaian
bisa diceritakan. Sebagian pencapaian spiritual juga serupa. Ia
bersifat implisit dan sulit diceritakan. Kalau pun diceritakan, mudah
mengundang salah mengerti orang-orang. Di titik inilah sebuah
peninggalan tua di kedalaman hutan di Peru sana akan sangat membantu. Di
sebuah hutan dan danau tua yang lokasinya persis di balik pulau Bali
ini, pernah ditemukan ajaran sangat tua yang bernama manuskrip
Celestine. Ada sejumlah wawasan yang ditulis dalam manuskrip ini.
Dan yang paling menonjol dari semua wawasan yang disajikan, tidak ada
kebetulan hanya bimbingan-bimbingan. Sedihnya, kebetulan-kebetulan yang
penuh bimbingan ini hanya bisa dirangkai oleh jiwa-jiwa yang kaya dan
berlimpah energi. Dan jiwa yang berlimpah energi di zaman ini
sangat-sangat sedikit. Terutamaka karena manusia modern membocorkan
banyak sekali energi melalui pikiran yang penuh permusuhan, persaingan
dan penghakiman. Sebagai akibatnya, banyak manusia bernasib seperti ayam
yang mati di tengah lumbung padi. Tidak sedikit manusia yang kekurangan
energi di bumi yang dikelilingi berlimpah energi.
Salah satu saran sangat penting yang direkomendasikan manuskrip
Celestine agar manusia terhubung rapi dengan energi, yakni melatih diri
untuk melihat semuanya dari sisi-sisi yang indah. Makanya, teman-teman
yang suka tertawa lebih sedikit sakit. Sahabat yang rajin bersyukur
cahaya mukanya lebih terang. Kawan yang sering mengucapkan doa
terimakasih, auranya lebih bercahaya. Pekerjaan rumahnya kemudian,
belajar melihat setiap kekinian dari sisi-sisi yang indah. Kemudian,
lihat sendiri bagaimana jiwa Anda akan semakin terhubung dengan sang
energi.
Penulis: Gede Prama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar