"BUMI TIDAK MEMERLUKAN BANYAK ORANG PINTAR, BUMI LEBIH MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK HATI YANG INDAH" - Terima Kasih Sudah Berkunjung, Jangan Lupa BACA dan BERKOMENTAR !

Kamis, 20 April 2017

Belajar ke Dalam

Berawal dari mencari-cari quote untuk motivasi, sampai pada menemukan video pencerahan dari seorang penutur. Untuk sekedar memperbanyak tulisan akibat kekurangan ide, saya gunakan videonya sebagai sumber tulisan. 

Dijelaskan oleh penutur, di sekolah kita hanya belajar ke luar diri, kita belajar sosiologi, kimia, psikologi dan lain-lain. Kita jarang sekali belajar ke dalam diri. Dimana di dalam ada ruang-ruang gelap yang juga mesti kita pelajari, bad mood, sedih, sakit, stress, depresi. Rasa sakit, kesedihan dan segala bentuk hal yang dibenci oleh banyak orang adalah masukan kalau ada ruang-ruang gelap di dalam diri. 

Oleh Sigmund Freud ruang-ruang gelap ini disebut alam bawah sadar disunconsciusness. Kita tidak berharap mimpi buruk tapi mimpi buruk, tidak minta bad mood tapi bad mood, tidak ada manusia yang berdoa minta kanker tapi kena kanker juga. Itu adalah bagian cara alam bawah sadar berbicara ke kita. Menurut psikolog Cal Young menyebut ruang gelap di dalam diri dengan The Shadow, yaitu bayangan yang mengikuti kita kemanapun kita pergi. Di dunia psikologi sang bayangan dengan alam bawah sadar disebabkan karena kita terlalu banyak menekan emosi saat kita berumur masih kecil. 

Saat kita berumur 0 sampai 10 tahun kita selalu banyak menekan emosi. Akibatnya emosi yang tertekan akan terlempar dan tersimpan di alam bawah sadar menjadi sampah. Ketika dewasa sampah-sampah inilah muncul dalam berbagai macam hal yang tidak kita kehendaki. Tekanan-tekanan emosi waktu kecil ini disebabkan oleh banyak hal, ada yang dulunya sering dibully, ada disebabkan karena sering diberi kata-kata kasar oleh orang tuanya dan sejenisnya. Hal inilah menciptakan ruang-ruang gelap di alam bawah sadar seseorang.

Di dunia spiritualitas barat (western spirituality) alam bawah sadar ini di batasi dari umur 0 sampai 10 tahun. Cerita spiritualitas timur (eastern spirituality) berbicara lebih jauh dalam time prime lebih lama, bahwa alam bawah sadar seseorang adalah karma-karma yang berputar (dari kehidupan sebelumnya hingga hari ini). Berguru kepada Guru Agung Buddha, beliau tatkala mengalami pencerahan melihat ribuan kehidupan sebelumnya. Beberapa kejadian menyedihkan akibat ribuan kehidupan beliau sebelumnya tatkala beliau lahir menjadi monyet, lahir sebagai kura-kura, menjadi pangeran sutasoma dan kelahiran lainnya. Simpulannya bahwa apapun sebabnya alam bawah sadar itu ada, ruang gelap itu ada membawa kita sampai di sini.

Sekarang kita mencangkul yang dalam ke dalam diri kita. Tanah dipermukaan yang kita cangkul bernama Intelektual. Intelektual ini adalah bahasa kepala. Ada seseorang yang bertanya tentang bagaimana menerima sesuatu apakah yang kita terima itu baik atau buruk?. Kerangka baik-buruk, benar-salah, dan segala macam bentuk dualitas dalam istilah orang bali disebut rwa binedha adalah bahasa kepala. Jadi permukaan tanah pertama kali yang kita cangkul sebelum memasuki ruang gelap di dalam diri adalah intelektual.

Dengan memohon maaf kepada orang-orang yang pintar khususnya, berat perjalanan spiritualnya karena berhenti dipermukaan yang paling luar yaitu Intelek, dengan seluruh benar-salahnya dalam perdebatan pengetahuan intelektual yang dimilikinya. 

Lapisan selajutnya yang lebih dalam setelah intelektual yang kita gali adalah Insting. Belajar menggali lebih dalam ke dalam insting (bahasa tubuh) sebagai rahasia-rahasia yang disembunyikan di dalam tubuh kita dengan tanda-tanda. Seperti seseorang yang merasakan tidak nyaman disatu tempat, tapi merasa nyaman ditempat lainnya, perasaan cepat dekat kepada orang lain adalah sebagai contoh bahasa tubuh yang sedang memberi tanda yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Beberapa orang menyebutnya dengan Deja-vu, seperti ketemu orang pertama kali yang seolah sudah pernah dikenal sebelumnya. Tanda-tanda inilah yang disebut Insting sebagai bahasa tubuh.

Selanjutnya yang lebih dalam setelah Insting (bahasa tubuh) adalah intuisi (bahasa hati). Orang-orang yang menggunakan bahasa hati seperti Bunda Teressa, jangankan melihat manusia menderita dengan kanker, hanya dengan melihat kucing kurus saja bisa menangis. Dalam keadaan seperti ini karena sudah memasuki tahap belajar menggali intuisi.

Tahap selajutnya adalah menggali diri lebih dalam lagi yaitu melampaui Intelek, Insting dan Intuisi yaitu belajar menjadi saksi. Senang ibarat awan putih, sedih awan hitam, sehat awan putih sakit ibarat awan hitam, dipuji sebagai awan putih dicaci awan hitam, tetapi kita bukan awan-awan itu, kita adalah langit yang menyaksikan. Saat seseorang tidak lagi terpengaruh untuk membandingkan / memperdebatkan senang-sedih, salah-benar, untung-rugi, kaya-miskin, pujian-cacian, maka ia adalah seseorang yang telah menjadi saksi.

Sebagai seseorang yang belajar ke dalam diri, mencintai kedamaian dan menginginkan kedamaian dibentuk untuk menjadi saksi, yaitu menyaksikan apa saja aliran kehidupan disaat ini. Air sifat alaminya basah, api sifat alaminya panas, air ya basah, api ya panas, sebagai saksi artinya membiarkan air sebagai air, membiarkan api sebagai api. Di Zenn ada cerita menarik, ceritanya pendek tapi dalam, tatkala hujan turun bebek menyemplungkan diri ke kolam, ayam bersembunyi di bawah pohon, ayam menjauh dari air, bebek mendekat dengan air. Keduanya mengambil jalan yang berseberangan, tapi keduanya bahagia apa adanya.

Demikian sepenggal penuturan yang dapat saya tulis disini, mungkin bagi beberapa teman-teman tulisan ini tidak menarik dan tidak bermanfaat apa-apa, tetapi jika ada satu saja dari teman yang tertarik dan dirasa memberi manfaat itu sudah menjadi kebahagiaan luar biasa bagi saya. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer